Minggu, 28 Oktober 2012

Perkembangan Budaya Budha

            Pada awalnya ajaran Budha disampaikan oleh Sang Budha Sidharta Gautama, dari India. Kemudian ajaran Budha berkembang ke seluruh Asia, termasuk Indonesia. Pengaruh Budha di Indonesia berkembang dari munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Budha serta ditemukannya prasasti dan candi. Pada pembahasan ini, pembahasan kerajaan-kerajaan yang bercorak Budha di Indonesia.
1.      Kerajaan Sriwijaya
Sekitar 600 M, di Pulau Sumatra terdapat Kerajaan Sriwijaya. Sebagai negara maritim, Sriwijaya mempunyai angkatan perang yang kuat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di daerah Palembang. Prasasti bertuliskan tahun 683 M, yang menceritakan perjalanan Dapunta Hyang dari Minangatamwan menggunakan sebuah perahu dengan 20.000 prajurit. Dapunta Hyang adalah seorang raja beragama Budha. Hal ini dapat diketahui dari prasasti-prasasti yang ditinggalkan, seperti Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Kerang Berahi. Prasasti-prasasti tersebut berisi tentang doa-doa, permohonan, dan kutukan-kutukan yang bergaya Budha.
Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat kegiatan agama Budha dapat diketahui melalui seorang pendeta bernama I Tsing taun 671 M. I Tsing mengadakan perjalanan dari Katon di India dan singgah di Kerajaan Sriwijaya. Selama enam bulan, I Tsing belajar bahasa Sanserkerta. Ia lalu menetap selama empat tahun di kerajaan Sriwijaya. Ia pun menerjemahkan kitab suci agama Budha (Tripitaka) dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Cina. Kemudian, ia menyampaikan kepada orang-orang asing yang ingin memperdalam agama Budha.
Di Kerajaan Sriwijaya banyak didirikan bangunan suci agama Budha, diantaranya:
a.      Kelompok Candi Muara Takus di Bangkinang, Riau.
b.      Kelompok Candi Biaro Bahal di Padang simpuan, Sumatra Utara.
Pada abad ke-8 dan 9, Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaan. Raja yang terkenal bernama Balaputeradewa yang naik tahta pada tahun 856 M. Raja ini masih keturunan Dinasti Syailendra. Pada masa pemerintahan Balaputeradewa, banyak orang dari Kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu ke luar negeri, terutama di perguruan tinggi Nalanda, Benggala, dan India. Balaputeradewa mendirikan tempat penampungan untuk para mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi Nalanda. Raja India, Dewapaladewa, membantu pendirian penampungan tersebut. Hal ini dibuktikan melalui Prasasti Nalanda yang ditulis pada tahun 860 M.

2.      Kerajaan Mataram
Pada awalnya, agama yang berkembang di Mataram adalah agama Hindu. Akan tetapi, Raja Sanjaya memerintahkan anaknya, Rakai Panangkaran, untuk memeluk agama Budha agar rakyat tidak ikut padanya. Sejak itu, agama Budha berkembang di Kerajaan Mataram.
Dari prasasti Kalasan dapat diketahui bahwa Rakai Panangkaran telah membangun sebuah bangunan suci untuk Dewa Tara dan sebuah biara untuk para pendeta. Lalu kemudian menghadiahkan Desa Kalasan untuk para Sangha (pendeta Budha).
Pada tahun 824 M , masa pemerintahan Raja Samaratungga dibangun sebuah candi, yaitu Candi Ngawen di sebelah barat Muntilan, Jawa Tengah. Candi Borobudur mungkin juag sudah didirikan pada abad ke-9 M.
Pengganti Raja Samaratungga adalah anak perempuannya, Pramudhawadhani, yang menikah dengan Rakai Pikatan. Pramudhawadhani bergelar sebagai Sri Kahulunan dan mendirikan sebuah bangunan-bangunan yang bersifat Budha. Sementara itu, Rakai Pikatan yang beragama Hindu, mendirikan bangunan yang bersifat agama Hindu.
Pada masa Kerajaan Mataram  (Dinasti Syailendra), banyak terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Kalasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar